BEJULUK BEADOK DAN PERUBAHANNYA: STUDI ETNOGRAFI PADA MARGA BUAY NUAT LAMPUNG
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan bejuluk beadok beserta perubahan yang terjadi. Bejuluk Beadok merupakan tradisi pemberian gelar pada masyarakat Lampung Pepadun yang termasuk dalam salah satu falsafah hidup ulun Lampung. Pemberian gelar pada masyarakat Lampung Pepadun diperoleh seseorang karena pencapaian seseorang atas adanya usaha dan kemampuan (achievement status) melalui begawi cakak pepadun. Peneliti menggunakan teori identitas dari Anthony Giddens (1991). Metode penelitian yang digunakan yaitu etnografi. Lokasi penelitian dilakukan pada Marga Buay Nuat Lampung Pepadun di Desa Kedaton Induk, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Dari hasil penelitian di lapangan ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan tradisi bejuluk beadok: (1) tahap persiapan, pada tahapan ini dilakukan merwatin/musyawarah adat, melakukan uleman dan menyiapkan sarana prasarana begawi cakak pepadun; dan (2) tahap pelaksanaan yaitu, Ngedio, manjau nyambut tamu agung, cangget pertama yang disebut dengan cangget turun mandei, cangget mepadun merupakan cangget kedua, cangget ini hanya dilakukan untuk memperoleh gelar tertinggi yaitu gelar suttan, cakak pepadun, tari igel, serta acara peresmian calon suttan sebagai simbol serah terima buku peguaian. Terjadi beberapa perubahan dalam pelaksanaan tradisi bejuluk beadok tanpa meninggalkan nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. Kemampuan mempertahankan pelaksanaan tradisi tersebut dari waktu ke waktu merupakan salah satu bentuk konstruksi identitas.